"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Monday 26 April 2010

Arrrggghh...Gelap

Warnet Funny Computer Bangsalsari Jember - 17.40 WIB
Byar pet...!! [kata-kata untuk mendeskripsikan bahwa lampu padam seketika]

Haduw...!!, terdengar teriakan dari client di sebelah yang lagi nge-net. Hadah...!! kembali terdengar teriakan dari client di sebelah pojok. Semua yang ada diruangan terdengar melontarkan kata-kata kesal dan mengeluh, termasuk diriku.
Samar-samar terdengar suara ibukku dari rumah sebelah, "Ealah...ora ono udan, ora ono angin kok yo mati lampu tho..." [Ealah...tidak ada hujan, tidak ada angin kok listriknya padam].

Sekali lagi kegiatan sore hari itu terganggu oleh "Pihak Ketiga". Lho...memangnya siapakah "Pihak Ketiga" itu?? Kalau aku jelaskan secara rinci, panjang ceritanya. Mending baca aja postinganku yang ini biar jelas hehehe...

Baik, mari kita kembali ke ruangan warnet yang sekarang mendadak menjadi gelap. Aku mulai membuka pembicaraan untuk mencairkan suasana yang sunyi. Aku tanya ke client sebelah yang tidak lain adalah teman bermainku [kaya' anak kecil aja ya, pake' sebutan teman bermain segala hahaha...], sebut saja namanya Kangmaz.
"Hehe...piye boz?" [Hehe...gimana boz?], tanyaku.
"Duh...iki lagi download wes meh mari boz" [Duh...ini sedang download sudah hampir selesai boz], jawab Kangmaz.

Aku cuma menjawab tersenyum [nyengir lebih tepatnya], sambil bergumam di dalam hati "Woalah...gimana perusahaan penyedia listrik ini, katanya tahun 2010 nggak bakalan ada lagi yang namanya mati lampu, tapi kenyataannya kok ya tetep gini-gini aja".

Bapakku datang membawa lilin untuk memberi penerangan seadanya di warnet. Rokok aku nyalakan. Suasana masih tetap hening.

Singkat cerita aku dan Kangmaz pun berpindah ke teras depan, ditemani rokok, segelas minuman [halal], kacang, dan lilin. Sambil menunggu listrik menyala kami pun ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari soal seluk-beluk dunia internet, teman yang mengalami kebutaan, tetangga jauh yang konon katanya menjadi ketua bajing loncat [preman] ternama di seputaran daerah tapal kuda Jawa Timur, sampai tidak terasa kami pun terbawa suasana mengenang masa lalu, masa yang penuh keceriaan, masa yang hanya ada kata-kata bermain...bermain...dan bermain. Ya kami mengenang masa kanak-kanak dulu.

Lagu di HP aku putar, lagu-lagu lawas yang hits di sekitar tahun 80-90an pun mengalun, menambah pikiran kami semakin jauuuuh menuju ke belakang...menuju ke beberapa tahun silam. Kami berdua hanya bisa tersenyum mengingat masa kanak-kanak dulu.

"Ingat nggak boz...dulu naek angkdes [angkutan pedesaan] pas kita masih sekolah SMP berapa?", tanya Kangmaz.
"100 rupiah boz...Hahahaha", jawabku.
"100 rupiah masa itu masih sangat berharga ya, bisa ngantar kita sekolah, padahal jarak dari rumah ke sekolah sekitar 15 km. Ck..ck..100 rupiah boz...100...!! Hahaha", kataku.
"Sekarang 100 rupiah sepertinya sudah nggak ada harganya ya", lanjut Kangmaz.

Rokok kembali aku bakar. Keadaan masih tetap gelap [harapan kami agar listrik segera menyala ternyata belum terkabul]. Suasana kembali hening sejenak.

"Sampeyan ingat nggak boz, nama-nama teman-teman kita waktu SD? Pada kemana semua ya sekarang?", tanyaku.
Kangmaz pun menyebutkan satu-persatu, sesekali aku menambahkan. Ada beberapa teman yang sudah menikah dan punya anak. Ada beberapa yang sudah menghadap Allah SWT. Hmmm...ternyata waktu berjalan sangat cepat.

"Anak-anak angkatan kita kreatif ya boz, mau main aja harus bikin sendiri. Kalo' nggak bikin sendiri nggak bakal bisa main. Mau perang-perangan, bikin tembak mainan dari pelepah daun pisang. Mau main mobil-mobilan harus bikin dulu dari kaleng bekas atau dari sandal bekas. Bahkan ban bekas pun, cukup dijalankan dengan tangan sambil lari-larian aja sudah jadi mainan yang menyenangkan", celotehku.

"Sebenarnya itu kreatif, atau terpaksa karena kondisi keuangan kita yang kekurangan ya boz?", tanya Kangmaz.
"Hahahaha...wahahahaha". Kami berdua tertawa.

Entahlah...jujur aku hanya bisa menyimpulkan kalo' anak-anak jadul itu kreatif dan penuh imajinasi, nggak kaya' anak-anak sekarang yang semuanya serba instan. Hanya pendapat pribadi sih...no offense sama anak-anak "gaul" jaman sekarang hehehe...

21.00 WIB...Jreeng..!! Listrik kembali menyala.
"Waduh sudah jam 9 malam boz, aku tak pulang dulu persiapan bentar lagi masuk kerja di pabrik. Berapa biaya nge-net tadi??", kata Kangmaz.
"Gampang boz kapan-kapan aja, males mau ngitung sekarang hehehe....", jawabku.

[NB. pembicaraan kami di atas sudah penulis translate dari Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia]

Kangmaz pun pulang. Aku kembali bakar rokok, membersihkan sisa-sisa kulit kacang yang masih berserakan sambil tetap tersenyum mengingat pembicaraan kami tadi.
Indah memang kenangan masa kanak-kanan dulu. Yah...nggak ada salahnya lah, kalo' kali ini aku berterima kasih kepada "Pihak Ketiga" yang telah membuat suasana menjadi gelap gulita sehingga menggiring memoriku menuju kenangan masa lalu.

share on facebook

0 Komentar:

Post a Comment