"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Wednesday 27 October 2010

Kembali Berduka

Mendung kembali menggelayut di langit Bumi Pertiwi. Tangisan seakan pecah dari segenap penjuru Nusantara. Bencana demi bencana terus berdatangan seakan tak mau berhenti. Mungkin ini adalah suatu pertanda dari akhir jaman atau mungkin ini suatu bentuk kemurkaan alam akan keserakahan manusia. Bisa jadi juga bencana ini adalah suatu bentuk adzab dari Tuhan karena telah bosan melihat tingkah laku sang khalifah bumi yang semakin hari semakin congkak dan lalim.

Dalam kurun waktu kurang lebih 1 bulan ini, Ibu Pertiwi seakan menangis pilu, menangis sejadi-jadinya. Oktober 2010 yang kelam.

Banjir
Banjir seakan sulit lepas dari sisi kehidupan masyarakat di Bumi Nusantara ini. Mulai dari ujung barat hingga ujung timur Nusantara, setiap datangnya musim penghujan hampir bisa dipastikan akan terjadi banjir. Hingga mencapai puncak suatu bencana besar, yaitu banjir bandang yang menimpa saudara-saudara kita di Wasior, Papua Barat. Sungai-sungai yang sekarang banyak dihiasi sampah dan limbah seakan berontak ingin menunjukkan kekuatannya kepada manusia. Ratusan nyawa pun melayang. [Sumber Photo : Tempointeraktif]


Gempa dan Tsunami
Belum berhenti suara tangisan akibat banjir bandang, tangisan di tempat lain pun pecah. Gempa 7,2 SR mengguncang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Guncangan gempa pun menimbulkan gelombang Tsunami hingga menyebabkan ratusan orang tewas dan hilang. Seluruh Nusantara tersentak. Seluruh Nusantara kembali berduka. [Sumber Photo : MediaIndonesia]


Gunung Meletus
Belum selesai pencarian korban bencana banjir dan Tsunami, muncullah bencana baru. Jawa Tengah dan Yogyakarta menjadi saksi kedahsyatan Gunung Merapi. Gunung api yang sangat aktif tersebut memuntahkan isinya. Walau evakuasi masyarakat sudah berlangsung sebelum terjadinya letusan gunung, toh bencana ini masih saja menelan korban, utamanya mereka yang masih bertahan di lereng Merapi, termasuk Sang Juru Kunci, Mbah Maridjan yang ditemukan meninggal dalam posisi sujud di dalam rumahnya akibat terjangan 'Wedus Gembel' alias awan panas Gunung Merapi yang panasnya mencapai 600 derajat Celsius. [Sumber Photo : Vivanews]

Mas Penewu Surakso Hargo atau yang biasa disapa Mbah Maridjan adalah seorang Juru Kunci Gunung Merapi yang mendapat mandat dari Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mbah Maridjan mendapat tugas menjaga Gunung Merapi serta memperingatkan masyarakat sekitar lereng gunung untuk mengungsi jikalau ada aktivitas dari Gunung Merapi yang sekiranya membahayakan masyarakat sekitar.
Lalu mengapa Mbah Maridjan, masih tetap bertahan di kediamannya?? Padahal peringatan akan bahaya dari Gunung Merapi sudah tersebar luas.
Saya sendiri juga kurang mengerti apa alasan beliau, hanya menurut pendapat saya pribadi, yang namanya Juru Kunci itu otomatis akan mengunci pintu saat semua orang yang ada di dalam rumah sudah keluar. Beliau hanya akan turun gunung, jika semua masyarakat sudah mengungsi. Selama masih ada masyarakat yang tinggal di sekitar lereng gunung, beliau pun akan tetap bertahan, mengawasi aktivitas Gunung Merapi serta memperingatkan masyarakat sekitar untuk segera mengungsi.
Satu pelajaran berharga yang bisa saya ambil dari sosok Mbah Maridjan. Beliau benar-benar menepati janjinya kepada Sang Raja untuk tetap menjaga dan mendedikasikan hidupnya untuk Gunung Merapi hingga akhir hayatnya. Selamat jalan Mbah... [Sumber Photo : Kapanlagi]


"Sungai meluap, bumi bergoyang, air laut tumpah ke daratan, dan gunung pun meletus. Ya Allah Ya Tuhan kami, mohon ampun atas segala salah dan dosa, berilah kami kesabaran untuk menjalani warna-warni kehidupan ini. Tak ada yang mampu menolong kecuali Engkau Ya Allah"

share on facebook

0 Komentar:

Post a Comment