"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Thursday 9 December 2010

Babu Sitter

Babu Sitter??
Hahaha... itu hanya istilah saya saja, seharusnya yang benar adalah Baby Sitter. Lha kenapa kok dirubah?? Karena saya merasa yang saya jaga dan saya asuh bukan bayi lagi, tapi bocah 5 tahun hi..hi..hi. Lagian secara bahasa istilah Babu Sitter juga nggak salah kok. Babu, artinya pembantu, sedangkan Sitter artinya pengasuh. Bisa disimpulkan bahwa Babu Sitter berarti seseorang yang membantu untuk mengasuh anak. [Halah... pengertian yang memaksakan diri tertawa. Biarkanlah toh itu hanya istilah saya saja].

Jadi begini, sudah 2 hari ini saya menjadi Babu Sitter keponakan saya yang berumur 5 tahun lebih, tepatnya bocah TK kelas nol besar. Sudah dua hari keponakan saya tidak masuk sekolah karena terserang cacar air [wajah dan badannya ada bintik-bintik hitam kaya' macan tutul hi..hi..hi... PISS ah]. Tiap hari saya mesti bangun pagi untuk menjaga dan mengasuhnya, karena ayah dan mamanya bekerja mencari nafkah. Terkadang saat saya belum bangun dari nyenyaknya tidur kedua saya [habis Subuh biasanya saya molor lagi... berguling di lantai, don't try this at home, karena ini adalah kebiasaan yang tidak baik...!!], keponakan saya lah yang naik ke kamar atas dan membangunkan saya. Gedor-gedor pintu sambil berteriak keras, "Om... om, aku nggak ada temene. Bangun, ini wes siang", Ya Rabb... padahal mata rasanya masih ngantuk karena begadang semalam. Tapi apalah daya, sebagai om yang baik dan tidak sombong keren saya pun harus bangun dan melawan rasa kantuk yang saya derita.

Bangun tidur ku terus mandi... tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi ku pakai baju, dan membiarkan kondisi kamar tidurku apa adanya hi..hi..hi [bujangan mah bebas-bebas aja, ya nggak??]. Setelah siap beraktivitas, saya hampiri keponakan saya yang sedang menonton TV di ruang tengah. Saya langsung matikan TV dan mengajak keponakan saya ke warnet. Selain karena acara TV menurut saya nggak ada yang bagus [malah lebih tepat disebut sebagai racun yang tidak baik bagi mental], jika saya ajak keponakan ke warnet kan sekalian lebih mudah mengawasi dan menjaganya.

Bismillah... warnet saya buka, semoga rejeki hari ini lancar amin. Saya hidupkan komputer operator dan 1 komputer client buat keponakan saya. Saya buka halaman http://games.co.id yang banyak menyediakan game online untuk anak-anak. Saya pilihkan permainan anak-anak yang sesuai dengan usia keponakan saya dan kemudian membiarkannya bermain.
Saya kembali ke meja operator dengan harapan bisa melanjutkan istirahat, walau hanya duduk. Kegiatan online saya mulai. Kopi yang sudah saya buat saya sruput. Baru mau menyalakan rokok, terdengar teriakan, "Ooommeee... ini gimana, nggak iso aku...!!" Halah... terlihat keponakan saya sudah berdiri di kursi dan memasang wajah cemberut. Ya... dia kesulitan menyelesaikan permainannya, saya hampiri dia di meja client. Membantu menyelesaikan kesulitan yang dialaminya.
Vania, nangkring di atas kursi
[diphoto secara spontan]


Setelah kesulitannya saya atasi, saya kembali ke meja operator. Saya nyalakan rokok dan mulai browsing-browsing di internet. Baru beberapa kali rokok saya hisap, kembali terdengar teriakan, "Oomm, ini gimana??" Oh My God... sulitnya game dan rasa gatal akibat cacar mungkin menjadi penyebab rewelnya keponakan saya, yah... saya coba pahami itu. Saya ganti permainan dia, dengan harapan dia bisa menyelesaikannya dengan mudah dan nggak mengganggu saya lagi [oh... ternyata saya belum menjadi om yang cukup baik hi..hi..hi]. Ternyata oh ternyata, harapan nggak sesuai dengan kenyataan. Teriakan-teriakan, "Ooom... bla.. bla.. bla..", "Ommee... bla.. bla.. bla...", seringkali berkumandang, membuat saya mesti bolak-balik dari meja operator ke meja client. Ah... saya rasa gadis kecil ini memang mudah marah, mirip seperti kakak saya, yang notabene ayahnya dia berguling di lantai.

Saya belajar bahwa ternyata tidak mudah menjadi seorang Baby Sitter. Kesabaran, ketelatenan, dan kelembutan yang tinggi menjadi modal yang utama. Jika anda tidak memiliki kemampuan tersebut, jangan coba-coba untuk menjadi Baby Sitter, karena akan berakibat fatal terhadap bayi atau anak yang anda asuh dan berakibat fatal bagi anda sendiri. Banyak sudah kasus-kasus penganiayaan yang dilakukan Baby Sitter terhadap bayi yang mereka asuh, karena sang Baby Sitter tidak memiliki kesabaran, ketelatenan, dan kelembutan yang cukup, akibatnya jelas sangat fatal. Si bayi dan anak merasa teraniaya, kesakitan atau malah sampai meninggal dunia, sementara sang Baby Sitter bisa-bisa mendekam di hotel prodeo untuk waktu yang cukup lama. Fatal...!! Naudzubillahi mindzalik...!!

share on facebook

0 Komentar:

Post a Comment