"Berkhayal lah seluas biru langit, berpikir lah sedalam biru laut, horizontal sama rata sama rasa. Buka jendelamu lalu pandanglah, buka pintumu ayo keluarlah, bebas lepas lepaskan kebebasan. Jangan takut keluarlah, hadapi dunia dengan menari" [Slank Dance].

Thursday 16 August 2012

Mudik

Alhamdulillah, nggak seperti tahun kemarin, untuk tahun ini saya ikut mudik ke Yogyakarta. Alhamdulillah lagi tahun ini seluruh anggota keluarga berkesempatan untuk mudik. Nah, mumpung belum berangkat, saya sempatkan corat-coret dulu untuk mengucapkan "Selamat hari raya Idul Fitri 1433 H. Taqabalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyamakum. Minal adizin wal faizin, mohon maaf atas segala salah dan khilaf baik dalam ucapan maupun tulisan. Sekali lagi selamat berlebaran buat semua yang merayakan. Merdeka...!!"



share on facebook

Wednesday 15 August 2012

Shopping

Berbelanja yang dalam bahasa Inggris alias bahasa kerennya disebut shopping, merupakan salah satu kegiatan yang sangat disukai oleh kaum Hawa. Ya... hampir semua kaum Hawa dalam berbagai usia, entah itu anak-anak, cewek remaja, ibu-ibu, hingga nenek-nenek sangat gemar melakukan shopping. Tak terkecuali adek cewek plus ibu saya. #eeeaaa
Mereka kaum Hawa betah berlama-lama di sebuah toko atau mall, terlebih lagi jika barang-barang yang dijual terdapat tulisan diskon, wah 7 hari 7 malam keliling mall buat melihat, memilah, dan (belum tentu) membeli pun mereka kuat. Yakinlah sumpah. Tak terkecuali adek cewek plus ibu saya. #ngik

Seperti hari itu. Saya mendapat mandat untuk mengantar ibu dan adek saya berbelanja. Katanya sih berbelanja bahan-bahan keperluan dapur, seperti gula, mie instan, beras, dan lain-lain. Nah saya didapuk untuk menjadi kuli angkut barang-barang yang nantinya akan dibeli. Okelah kalau begitu, berangkaaat.
Sesampainya di shopping center. kami pun keliling mencari bahan keperluan dapur. Kegiatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Rasa bosan dan pusing mulai hinggap. Entah berapa ratus orang yang sedang kumpul dan berbelanja di shopping center tersebut.

Mencari dan membeli bahan keperluan dapur akhirnya usai sudah. Kini giliran mencari keperluan pribadi, yaitu pakaian. Byuh, hampir di semua stand pakaian dijejali aneka rupa manusia. Rasa bosan dan pusing semakin menjadi. Adek saya mulai memilah-milah celana jeans. Menurut perhitungan jam tangan saya, untuk memilah satu celana jeans ini, adek saya memerlukan waktu kurang lebih setengah jam. Setelah ketemu celana jeans yang dimaksud, adek pun mencobanya di ruang ganti pakaian. Ndeh, ternyata apa yang dipilihnya tadi nggak cocok. Kembali kegiatan memilah celana jeans dilakukan. #makinmumet

Kurang lebih membutuhkan waktu satu jam memilih dan membayar di kasir untuk sebuah celana jeans. Kini giliran ibu saya memilih dan membeli jilbab. Amazing, nyaris sama, diperlukan waktu kurang lebih 1 jam-an untuk membeli dua buah jilbab...!! Sementara saya hanya berdiri mematung tengok kanan kiri persis seperti copet yang mencari mangsa, untungnya wajah kriminal saya tidak tertangkap mata satpam yang sedang berjaga. #beruntung

Demikianlah sekelumit kenyataan hidup yang ada. Tidak seperti kaum Adam yang jika membeli sesuatu cepat kilat dan tepat sasaran, kaum Hawa lebih bertele-tele. Entah ada suatu keasyikan tersendiri bagi kaum Hawa saat shopping, yang sampai saat ini saya belum mengetahui keasyikan apa yang ada di hati dan pikiran mereka. Kenyataan hidup lainnya?? Nyatanya saya kurang suka untuk diajak ber-shopping ria...!!


Jember, Ramadhan Kesembilan 1433 H

share on facebook

Damai dalam Kesederhanaan

Jam 14.00 WIB, Bimbim mengeluarkan motornya. Hari ini Bimbim sudah menyanggupi untuk mengantarkan CPU milik teman lamanya yang telah selesai di service. Farid nama teman lamanya, adalah seorang satpam yang bekerja di sebuah dealer motor di kota Jember. Jam 15.00 WIB saat Farid istirahat dari pekerjaannya, mereka berdua janjian di depan stadion Notohadinegoro, kemudian bersama-sama ke rumah Farid untuk merangkai CPU yang sudah Bimbim perbaiki tadi. 
Kurang lebih setengah jam perjalanan dari rumah, sampailah Bimbim di depan stadion, tempat Bimbim dan Farid janjian untuk bertemu. 30 menit kemudian datanglah Farid yang langsung mengajak Bimbim ke rumahnya. Sesampainya di sana, Bimbim langsung merangkai CPU dan mencoba menghidupkannya. Anaknya Farid yang baru berumur 7 tahun senang bukan kepalang.
"Tuh, komputernya sudah bisa, sama Om Bimbim juga sudah diisi game banyak. Tapi jangan lupa belajar, jangan cuma maen game aja", kata Farid kepada anaknya. Si anak hanya tertawa lebar.
Setelah ngobrol sejenak dan mengurusi biaya service, selanjutnya Bimbim langsung undur diri pulang.

Di tengah perjalanan pulang, Bimbim melihat sosok teman lama lainnya yang sedang berjualan bambu di pinggir jalan. 
"Assalamu'alaikum, woy, bos", sapa Bimbim.
"Boh, dari mana bos?", jawab Didik, teman lamanya Bimbim dengan logat Maduranya yang kental.
"Dari mengantarkan CPU ke rumahnya Farid", jawab Bimbim.

Didik dan Farid sudah saling kenal. Sebelum Farid bekerja menjadi satpam, sebelum Didik bekerja wiraswasta berjualan bambu, keduanya adalah sahabat yang bekerja di tempat yang sama, sebagai penjaga kios rokok di area kampus Jember. Di kios rokok inilah beberapa tahun yang lalu Bimbim kenal dan akrab dengan keduanya.

"Saya sama istri sama si kecil. Si kecil pulang sekolah langsung ke sini bos, itu mereka", kata Didik sambil menunjuk seorang wanita yang sedang berjualan buah blewah dan beberapa jenis kembang api, serta anak kecil umur 7 tahun yang sedang bermain sendiri.
"Le, ada Om Bimbim ini, Le", teriak Didik kepada Rafi, anaknya.

Bimbim kemudian memarkir motornya dan menghampiri Rafi serta ibunya.
"Wah, sudah besar rek, sudah sekolah SD ya, Le?", tanya Bimbim kepada Rafi.
"Iya, Om", jawab Rafi.
"Gimana Mbak, laris dagangannya?", tanya Bimbim kepada istrinya Didik.
"Lumayan Mas, mumpung bulan puasa cari kesibukan jualan blewah sama kembang api", jawab ibunya Rafi.
"Bos, buka puasa di rumahku saja bos, si kecil juga sudah kangen sama bos. Pokoknya hari ini harus buka puasa di rumahku bos. Sekali-kali menikmati buka puasa dalam suasana desa", paksa Didik kepada Bimbim.
"Haiyah, rumah saya juga di desa bos", jawab Bimbim.
"Pokoknya harus buka puasa di rumahku", paksa Didik lagi.
"Dek, ayo kemasi dagangannya", lanjut Didik memberi perintah kepada istrinya.
"Om, aku bonceng sama Om yah. Nanti tak tunjukkan jalan ke rumahku", pinta Rafi kepada Bimbim.
"Ok, siap", jawab Bimbim sambil tersenyum.

Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan dengan motor masing-masing ke rumah Didik. Sepanjang perjalanan si kecil Rafi mengoceh tiada hentinya menjelaskan rute perjalanan menuju rumahnya. Setelah melewati beberapa pematang sawah yang berada di belakang tembok besar gudang tembakau, sampailah mereka di halaman rumah yang baru saja dibangun dan belum rampung 100%.

"Ayo mandi dulu sana, Le", perintah Didik kepada anaknya.
"Takutnya nanti gelap bos, maklum nggak punya sumur, kalau mandi harus ke sungai", kata Didik kepada Bimbim.
"Ayo masuk bos, kita ngobrol-ngobrol di dalam. Maaf rumahnya kotor", lanjut Didik.
"Halah, biasa bos, di rumah saya juga seperti ini", jawab Bimbim.
"Oiya sungainya di sebelah mana bos?? Saya mau wudhu', belum sholat ashar", lanjut Bimbim.
"Ayo saya antarkan bos. Le, ayo ke sungai bareng-bareng", panggil Didik kepada Rafi.
Setelah sholat ashar, Bimbim dan Didik pun ngobrol ngalur ngidul di ruang tamu. Sementara istri Didik sibuk di dapur menyiapkan menu untuk berbuka puasa.

Beberapa jam kemudian gema adzan maghrib pun berkumandang. Alhamdulillah... setelah semuanya berkumpul dan menu buka puasa sudah terhidang dengan sempurna, Didik pun mengajak Bimbim untuk berbuka puasa bersama. 
"Makan seadanya bos, ayo jangan malu-malu", kata Didik.
"Waduh, ini menunya sangat komplit dan istimewa bos, sampai bingung saya mau makan yang mana", jawab Bimbim.
"Makan yang banyak, Om, biar gemuk", celoteh Rafi.
"Wah, Om Bimbim nggak boleh makan banyak-banyak, Le. Nanti kalau gemuk bukan Bimbim lagi, tapi Bombom", gurau Bimbim.
"Hahahaha", Didik dan istrinya tertawa bersama-sama.
"Ayo tambah lagi nasinya bos", kata Didik sambil menyiduk nasi dan menumpahkannya ke piring Bimbim.
"Sudah bos, waduh saya itu nggak bisa makan banyak-banyak bos, nanti kekenyangan jadi nggak sanggup sholat tarawih", jawab Bimbim.
"Ayo Mas, makanannya masih banyak, nanti nggak ada yang makan", kata istri Didik.
"Bapaknya Rafi senang kalau ada temannya pas buka puasa gini", sambungnya.
Bimbim terlihat sangat lahap dan menikmati lalapan terong yang tersaji.

Setelah acara makan-makan selesai, Bimbim pun ijin untuk sholat maghrib. Didik mempersilahkan untuk sholat di kamar. Kemudian semuanya berkumpul di ruang tamu. Segelas kopi panas dan sebungkus rokok sudah dihidangkan. Sementara si kecil main kembang api bersama teman-temannya di teras depan. Suasana yang cukup menyenangkan.
Beberapa tetangga ada yang bertamu ke rumah Didik. Ngobrol santai sambil menikmati kopi.

Nggak terasa jam sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB. Tidak lama kemudian Bimbim pun pamit untuk pulang.
"Rafi, Om Bimbim pulang dulu ya Le, ini buat sangu ke sekolah", ucap Bimbim sambil menyerahkan lembaran uang ke Rafi.
"Terima kasih banyak bos, mbak, saya pamit pulang dulu", Bimbim pun pamit kepada Didik dan istrinya.
"Iya sama-sama bos, jangan kapok main-main ke desa", kata Didik.
"Waduh, ya nggak lah bos. Tempatku lho juga di desa. Sekali lagi terima kasih banyak. Ditunggu kunjungan balik ke rumah saya. Pamit dulu Assalamu'alaikum", timpal Bimbim.
"Wa'alaikumsalam", jawab Didik dan istri hampir bersamaan.

Bimbim pun pulang. Kembali membelah pematang sawah dalam gelap malam sambil bersyukur dan menikmati apa yang baru saja terjadi.


Jember, Ramadhan Kelima 1433 H

share on facebook